Selasa, 08 Maret 2011

Hati

Hati

Misbahudin

S

umber pengetahuan manusia untuk menemukan kebenaran sebagaimana yang kita ketahui sebelumnya ada tiga. Indera yang berhubungan dengan pengalaman empiris (sains), akal yang berhubungan dengan pemikiran logis dan filosofis, serta hati (qalb) yang berhubungan dengan rasa atau keimanan. Ketiganya berjalan beriringan (berimbang), tidak saling menafikkan atau menegasikan.

Keseimbangan ini kemudian menjadi suatu keharusan karena paling sesuai dengan fitrah manusia. Akal tak boleh mendominasi pengalaman indera (sains) dan hati (keimanan), pengalaman inderawi tak boleh mendominasi akal (pemikiran filosofis) dan hati (keimanan), begitu pula hati (keimanan) tak boleh juga mendominasi pengalaman inderawi (sains) dan akal (pemikiran filosofis).

Lalu bagaimana sesungguhnya peran hati sehingga muncul rasa atau perasaan beriman terhadap sesuatu yang lebih sempurna? Itulah yang akan menjadi telaah kita kali ini. Hati yang beku, berkarat, berpenyakit dan keras adalah tanda-tanda hilangnya sifat fitrah dalam diri seorang manusia. Padahal dengan fitrahnyalah seseorang menempati derajat yang tinggi.

Definisi Hati

Istilah hati sering disebutkan pula dengan istilah qalbu. Sehingga belakangan ini kita akrab dengan istilah manajemen qalbu yang mengajarkan bagaimana kita bisa mengelola (memenej) hati sehingga kita dapat merasakan ketenteraman hidup. Di dalam hatilah terdapat dua kekuatan yang saling mempengaruhi. Yaitu nafsu syaithoniyah dan kekuatan ilahiyah. Hati kemudian menjadi raja di dalam diri manusia. Kalau nafsu syaithoniyah yang dominan, maka kegelisahan, kebingungan, ketidakpuasan dan keputusasaan melingkupi seluruh perasaan seorang manusia. Sementara bila kekuatan ilahiyah yang dominan, maka ketenteraman dan ketenangan hidup dapat dirasakannya.

Dalam Alquran surat Ar-Ra’du ayat 28 dijelaskan, “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.”

Dari keterangan Alquran tersebut, jelas bahwa hati merupakan salah satu jendela dalam diri manusia yang harus dijaga selalu kebersihannya agar manusia mendapatkan kesadaran dan pancaran pengetahuan serta pencerahan ilahi.

Tanda-tanda Tertutupnya Hati

Hati dapat mengalahkan akal. Orang yang hatinya telah dikuasai oleh nafsu syaithoniyah dapat kehilangan akal sehatnya. Akalnya tak mampu mengendalikan lagi nafsu tersebut sehingga ibarat binatang liar yang lepas dan tak dapat dijinakkan. Akal yang mampu membedakan benar salahnya sesuatu, menjadi tidak berdaya. Orang yang diliputi nafsu amarah tentu tahu bahwa kekerasan yang diakibatkan nafsu amarahnya dapat menyakiti dan melukai orang lain. Orang yang melakukan korupsi tentu saja tahu bahwa perbuatan tersebut merupakan bentuk lain dari pengkhianatan thd suatu amanah dan pencurian. Namun karena hatinya telah tertutupi oleh nafsu syaithoniyah yang telah merajai hatinya, maka suara akal pun tak digubrisnya.

Muhamad Mahdi Al Ashify (dalam hawa nafsu, 237) mengungkapkan bahwa sedikitnya ada sembilan tanda-tanda tertutupnya hati seseorang dari Allah swt.

1. Ar- Rayn (karat)

Ar-Rayn adalah karat yang menutupi hati. Allah swt berfirman : “sekali-kali tidak demikian, sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka...” (QS Al Muthaffifin ayat 14)

Hal ini berkenaan dengan orang-orang yang tidak mempercayai hari pembalasan dan secara sadar menganggapnya sebagai sebuah dongeng tentang masa depan, padahal pekerjaan mereka sama saja mengaburkan perbedaan sesuatu yang baik (hari akhirat) dan keburukan (tidak adanya pembalasan thd amal manusia dari Tuhan). Perilaku tersebut ditafsirkan oleh sebagian ulama sebagai karat yang menutupi kejernihan hati.

2. As-Sharf (memalingkan)

Hal ini berkenaan dengan orang munafik yang hatinya berpenyakit sehingga Allah memalingkan hati mereka sehingga lalai dari mengingat Allah swt.

Allah swt berfirman : “Allah telah memalingkan hati mereka disebabkan mereka adalah kaum yang tidak mengerti..” (Qs Attaubah 127)

3. At-Thab’ (watak/terkunci)

Orang yang hawa nafsu buruknya telah menjadi raja dalam hatinya, menjadikan hal tersebut karakter (watak) dirinya. Misalnya orang yang nafsu amarahnya telah menjadi watak dikenal sebagai seorang yang pemarah. Dengan kata lain marah telah men-shibghah (membentuk) pribadinya.

Allah berfirman : “...dan kami kunci mati hatinya sehingga mereka tidak dapat mendengar” (QS Al-A’raf :100)

4. Al- Khatm (tertutup)

Kondisi ketertutupan ini lebih parah dan dahsyat dibandingkan kondisi At-thab’

Allah berfirman : “...Allah telah menutup hati dan pendengaran mereka. Dan penglihatan mereka ditutupi....”(QS Al-Baqarah :7)

5. Al-Aqfal (terkunci)

Allah berfirman : “Maka apakah mereka tidak memperhatikan Alquran ataukah hati mereka terkunci?...” (QS Muhamad : 24)

Ayat di atas adalah berkenaan dengan orang orang murtad dan munafik yang lari dari perintah Allah (perintah berperang di jalan Allah) karena di dalam hatinya ada penyakit hati tertentu yaitu ketakutan terhadap kematian di medan perang.

6. At-Taghlif (Penyelimutan)

Allah swt berfirman : “dan mereka berkata “hati kami tertutup” tetapi sebenarnya Allah telah mengutuk mereka karena keingkaran mereka...” ( QS : Al -Baqarah : 88)

Dan firman Allah swt : “..dan mengatakan: “hati kami tertutup”. Bahkan sebenarnya Allah telah mengunci mati hati mereka karena kekafirannya....” (QS An-Nisa : 155)

Ayat ini merupakan tanda bahwa pelanggaran yang dilakukan terhadap nabi-nabi oleh kaum kafirin mendapatkan balasan berupa tertutupnya hati mereka dari Allah swt dengan taghlif tertentu.

7. At-Taknin (Penyumbatan)

Allah swt berfirman : “mereka berkata : “hati kami berada dalam tutupan (yang menutupi) apa yang kamu seru kami kepadanya dan di telinga kami ada sumbatan.” (QS Fushilat :5)

Dan firman Allah swt : “...padahal kami telah meletakkan tutupan di atas hati mereka (sehingga mereka tidak) memahaminya dan (kami letakkan) sumbatan di telinganya.” (QS.Al-An’am: 25)

8. At-Tasydid (Pengerasan)

Allah swt berfirman: “Ya Tuhan kami, binasakanlah harta benda mereka, dan kunci mati hati mereka...” (QS Yunus : 88)

Hal ini berkenaan dengan kedzaliman yang dilakukan oleh Firaun dan kaumnya yang hati mereka telah mengeras sehingga tidak mampu menerima sesuatu yang haq/benar.

9. Al-Qaswah (menjadi batu)

Allah swt berfirman : “maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya ......” QS Az-Zumar : 22)

Dan firman Allah swt : “kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras ....” (QS AL-Hadid : 16)

Epilog

Demikianlah penggambaran tertutupnya hati dengan berbagai istilah dan tingkatan-tingkatannya akibat menangnya nafsu syaithoniyah terhadap kekuatan ilahiyah di dalam segumpal daging yang menjadi raja dalam diri manusia tersebut sehingga berada pada kondisi dan keadaan tadi.

Manusia yang telah berhasil membebaskan diri dari penjara perbudakan hawa nafsu buruknya tentu saja amat beruntung. Orang tersebut ibarat terlepas dari perangkap yang akan menjerat dan menjerumuskannya.

Manusia yang mempunyai hati yang jernih tentu saja akan sangat sensitif menangkap keindahan-keindahan Allah melalui ciptaanNya. Syair-syair dan puisi yang indah dari para sufi semisal Jalaludin Rumi dan Sa’di Assyiraz tentu saja hanya bisa muncul dan merupakan satu bentuk ekspresi suasana hatinya yang dipenuhi kelembutan dan jauh dari rasa resah dan gelisah. Sebuah konkretisasi dari ketenangan batiniah dan efek dari hati yang didominasi oleh kekuatan ilahiyah.

Sejarah telah banyak membuktikan, bahwa sering satu peradaban sebuah bangsa mencapai puncak kejayaannya ketika hati para pemimpinnya diliputi perasaan keberimanan dan kelembutan dan sebaliknya kehancuran akan segera tiba ketika hati para pemimpinnya dipenuhi hawa nafsu buruk ingin berkuasa yang berlebihan sehingga membuatnya melupakan fitrah kemanusiaan berupa kebutuhan thd keadilan dan keterbebasan dari penindasan. (MH)

Wallahu a’lam bisshawab

Tidak ada komentar: