Selasa, 08 Maret 2011

NILAI MORAL

NILAI MORAL

Hal pertama yang perlu diingat di sini adalah bahwa istilah nilai moral dan konsep-konsep evaluatif yang digunakan dalam literature-literatur akhlak, sedikitnya, mempunyai dua fungsi yang berbeda. Di celah-celah pembahasan yang lalu, kita cukup mengenal satu dari istilah-istilah tersebut., yaitu pembagian predikat statemen-statemen moral kepada konsep obligatif dan konsep evaluatif. Yang dimaksudkan dari konsep evaluatif dalam istilah ini adalah sekumpulan konsep moral yang mengandung muatan nilai dan keutamaan seperti konsep; baik, buruk, benar, salah. Adapun konsep obligatif yaitu konsep yang membawa muatan tuntutan dan pembebanan seperti konsep; harus dan jangan.

Tetapi, adakalanya kata nilai dimaksudkan dengan arti yang lebih luas dan lebih umum, yang mencakup seluruh konsep-konsep moral, baik yang berupa obligatif maupun evaluatif. Jadi, konsep-konsep moral dalam istilah di sini identik dengan konsep-konsep moral yang sebagai sebagai lawan dari konsep-konsep nonmoral.

Perlu ditekankan bahwa kata nilai dalam istilah kedua ini tidak hanya mengandung muatan positif dan menunjuk tindakan-tindakan yang patut, tetapi juga mencakup niali-nilai negatif, yaitu tindakan-tindakan yang tidak sepatutnya.

Dalam pembahasan sekarang ini, yang kita maksudkan dari konsep-konsep evaluatif dan nilai mral adalah istilah kedua. Dalam pada itu, kita akan merusaha mencari jawaban-jawaban atas pertanyaan berikut ini, dalam kondisi apakah dan dari persepktif apakah satu tindakan itu kita nyatakan bernilai moral? Dengan kata lain , apakah yang kita maksudkan tatlaka kita nyatakan bahwa ada sebagian tindakan yang mempunyai nilai moral dan ada pula sebagian lainnya yang tidak bernilai moral? Pada dasarnya, dari manakah menusia menemukan nilai-nilai moral tindakannya? Apakah criteria/standar tindakan yang bernilai moral itu?

Pentingnya Studi Nilai Moral

Pembahasan nilai dan mengenal esensinya merupakan salah satu permaslahan yang sejak dahulu menyedot banyak perhatian para filsuf moral. Semua berusaha sedemikian rupa, untuk menemukan satu standar penilaian moral. Tidak syak lagi, kita mengetahui secara yakin akan sejumlah tindakan yang bernilai moral, dan kita menyanjung atau mengutuk pelakunya. Kita juga mengetahui adanya sebagian tindakan yang nirnilai moral, sehingga kita tidak memberikan penilaian apapun berkaitan dengannya.

Namun, permasalahannya adalah apakah perbedaan dinatara dua bentuk perbuatan itu? Adakah sesuatu yang menyebabkan satu perbuatan itu mengandung dimensi kekuduasan dan transendenta, hal yang tidak kita temukan pada serangkaian tindakan lainnya? Dan pertanyaan lainnya yang mengundang berbagai pendapat dalam menentukan standar dan norma nilai moral dan menjelaskan esensinya.

Perlu divcatat di sini bahwa pentingnya persoalan nilai moral tidak hanya menonjol dalam Filsasafat Akhl;ak, tetapi juga mendapatkkan porsinya yang cukup besar dalam semua bidang sosial dan Humaniora. Dalamm berbagai disiplin ilmu seperti Psikologi, Sosiologi, Politik, Ekonomi, dari berbagai aspek dan dimensi. Mereka membahas persoalan nilai secara luas dan mendalam termasuk isu-isu marginal yang menyertainya. Salah satu peneliti di Barat menemukan hampir 140 definisi nilai dari berbagai disipilin ilmu, se5telah menelaah sekitar 4000 karya.[1]

Nilai Ekonomis

Kendati analisis-analisis linguistik byukan metode yang tepat dalam upaya menyelesaikan persoalan-persoalan falsafi dan rasional, namun penggunaan nonmoral kata nilai dapat memudahkan kita dalam memahami esensi dan kriteria nilai moral.

Menurut hemat kami, ada satu unsur kesatuan di dalam semua definisi-derfinisi yang pernah dibawakan berkaitan dengan nilai di berbagai ilmu pengetahuan, yaitu ke-penting-an dan kebermanfaatan. Tanpa harus menelusuri unsur ini di setiap bisang ilmu, kita pusatkan penelitian kita pada nilai dalam Ekomoni.

Pembahasan nilai dan standar pematokan nilai suatu barang telah menjadi sorotan para ahli ekonomi. Masing-masing mengemukakan pandangannya. Sebagain membatasi nilai suatu barang dengan kadar pekerjaan atas barang tersebut. Ada lagi yang menekankan segi kelangkaan dalam definisi nilai. Adapula kelompok ketiga yang menegaskan unsur permintaan dan penawaran sebagai standar pematokan nilai batrang. Sementara kelompok keempat menunjuk unsur ke-penting-an dan kebermanfaatan.[2]



[1] Jurnal Qobasat, no.13, Th.2000, P.114

[2] tarikh aqo’ide iqtishadi, Luwis Boudian, p.86-89, terj. parsi

Tidak ada komentar: